Nukilan untuk Ana dan Iya dari Ibu
23 november 91 mengimbau kembali
Rentetan sejarah tercatit kini
Gelaran ibu anugerah ilahi
Puteri nan kembar bak bidadari
Lahirmu penuh tanda tanya
Kehadiran dua mu tidak diduga
sayup suara tangisan pertama
Bahagia ibu yang gundah gulana
Hadirmu berdua membawa cahaya
Mengisi kesunyian jiwa yang lara
Syukurnya ibu tiada tolaknya
Hendak ku tangis tiada suara
Syukurnya nenda mu bukan kepalang
Keraguan di hati segera hilang
Sangkakan satu dua yang datang
Pemecah tradisi si anak minang
Putih kulitmu bak telur dikupas
Keayuan wajahmu pandang tak puas
Bisikan azan di telinga dilafaz
Moga awalan mu tak tercemar balas
Kaulah permata buah hati ibu
Dirimu dibelai umpama ratu
Kasihnya ibu tiada sekutu
Mendidik dirimu tak kenal jemu
Amanah tuhan semesta alam
Keatas ibu siang dan malam
Kasihku baja sayang ku siram
Moga jiwamu tak di intai kelam
Anakanda berdua belaian jiwa
Nasihat ibu bukan bersahaja
Datang dari cebisan rasa
Berlandaskan fakta serta agama
Pastikan dulu arah tujumu
Tanamkan azam tekad di kalbu
Kekuatan dan keyakinan sudah bersatu
Gelombang yang datang gentar teraju
Dengarlah sayang ibu berkata
Di atas tinta curahan rasa
Hati keruan berdebar dada
Risau nasib mu di hari muka
18 tahun cabaran usia
Pancaroba datang tak kira ketika
Jangan kamu lalai dan juga alpa
Moga remaja mu mekar berwarna
Dewasa kamu gelisah menanti
Bimbang bencana menerjah diri
Doa ku pohon tiada henti
Jangan maruah dipandang sepi
Wahai puteri ku cahaya mata
Selami keluhan hati ibunda
Nasihat ibu pantang didusta
Kelak dirimu akan kecewa
Sekian kali mendengar bicara
Kepercayaan ibu jangan di noda
Jauhi sikap tipu dan dusta
Sejahtera hidupmu dimaya pada
Berdiam diri bukannya sudi
Gerak langkahmu ku kawal rapi
Dosa dan noda jangan dicari
Binasa hidupmu membakar diri
Andai kau tewas tanpa diduga
Hancur hati ku penawar tiada
Kemaafan ibu usah dipinta
Umpama tenggelam timbul tiada
Pabila ibu anakanda khianati
Kesan nya dasyat tidak terperi
Akan ku tutup hati nurani
Derita ku bawa sampai ke mati
Berperi ibu bukannya benci
Menyiksa dirimu jauh sekali
Harapan hati menggunung tinggi
Matang berfikir jangan bermimpi
Sayang pada mu tidak terperi
Sanggup ku gadai nyawa dan diri
Sabarnya ibu terbatas tepi
Berputih mata rela kau pergi
Ana dan Iya buah hati ku
Pada mu berdua ibu berseru
Cekerawala batasan ilmu
Terokai ia jangan kau jemu
Taburlah bakti sepenuh jiwa
Untuk agama, bangsa dan negara
Jangan balasan diharap pinta
Syurgawi pasti buatmu di sana
Noktah kehidupan sudahlah pasti
Ayah dan ibu mu tidak terkecuali
Saat dan ketika mengundur diri
Airmata dibuang jangan sekali
Perjuangan mu anak ku belum berakhir
Pemergian ibu memang di takdir
Panjatkan selalu doa dan zikir
Mudah urusanku penangan bibir
Tinta keturunan pantang digadai
Bak pantai indah dilanda badai
Bergegar bumi ikatan terlerai
Salasiah nendamu pastikan bersemai
Indah namamu manja bak puitis
Mewarnai maya umpama perintis
Harapan Ibunda kaulah waris
Penyambung warisan minda yang arif
Lanjut usia mu doa di pinta
Bahagia hidup mu lindungan Esa
Anakanda berdua belaian jiwa
Berjuanglah kamu bagai satria
Duhai puteri ku tambatan sukma
Pesanan ibu jadikan pusaka
Kemenangan dijulang sedetik masa
Namamu dikenang selama lama
Berakhir sudah gurindam rasa
Cetusan hati ayah dan bonda
Buat pedoman anakanda berdua
Untuk menempuh alam dewasa